Rabu, 02 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN SEKSIO SESAREA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Di negara berkembang seperti di Indonesia kejadian operasi Sectio caesarea yang semakin banyak sudah issue , tapi ada suatu indicator yang dijadikan patokan masyarakat. Dari data tahun 1975, di zaman operasi section caesare masih jarang dilakukan, angka kematian ibu yang melahirkan sekitar 30 orang setiap 1000 orang ibu yang melahirkan. Lewat keseriusan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu terus diupayakan sehingga pada tahun 1996 mencanangkan “Gerakan Sayang Ibu” (GSI) dan mematok angka 2,25% dari semua persalinan sebagai target nasional untuk menurunkan angka kematian ibu pada akhir 1999 (Cindy, dkk, 2005).
        
Indikasi sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidak seimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa, Abrupsion plasenta. Untuk menekan angka kematian ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan dengan tindakan operasi. Tindakan persalinan yang biasa dilakukan adalah bedah Caesar.

Di negara maju frekuensi operasi sectio caesarea berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua persalinan (Sarwono, 1999). Indikasi dilakukan section caesarea pada ibu adalah disproporsi Cepalo pelvic, placenta previa, tumor jalan lahir, hidramnion, kehamilan gamely, sedangkan janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxom, 2008).

Operasi sectio caesarea juga beresiko. Komplikasi section caesarea antara lain perdarahan, infeksi (sepsis), dan cedera di sekeliling struktur (usus besar, kandung kemih, pembuluh ligament yang lebar,ureter) (Hacker, 2001).

Perawat harus memahami hal tersebut, harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi sectio caesarea. Melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnose yang bisa atau mungkin muncul, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan rencana tersebut serta mengevaluasi hasilnya. Atas dasar uraian di atas, maka penulis mengambil judul laporan ini: “Asuhan Keperawatan ibu persalin Sectio Caesarea”.

1.2         Tujuan penulisan
·      Tujuan Umum
Mahasiswa  mampu secara umum melakukan Asuhan Keperawatan pada ibu persalinan  Sectio Caesarea.
·      Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara sistematis pada ibu persalinan Sectio Caesarea.
b.    Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan sesuai dengan data pengkajian yang didapat pada ibu persalinan Sectio Caesarea.
c.    Mahasiswa mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnose keperawatan pada ibu persalinan sectio Caesarea.
d.   Mahasisawa mampu mengimplentasikan rencana tindakan yang telah di susun.
e.    Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah di laksanakan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Teori medis
2.1.1 Defenisi
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1.000 gr atau umur kehamilan >28 minggu. (Ida.bagus,1999. hal.229)
Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.(Sarwono,edisi 3,Hal.863)
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Bentuk operasi seksio sesarea (Ida.bagus,1999. hal.229) yaitu:
1.    Seksio sesarea klasik menurut Sanger
2.    Seksio sesarea transperitoneal profunda menurut kehrer
3.    Seksio sesarea-histerektomi menurut porro
4.    Seksio sesarea ekstraperitonia menurut water dan Latzco
5.    Seksio sesarea transvaginal
Pembedahan yang banyak digunakan adalah seksio sesarea transperitoneal dengan insisi disegmen bawah uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah :
a.    Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak;
b.    Bahaya peritonitis tidak besar;
c.    Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
Dalam melakukan seksio sesarea perlu diperhatikan beberapa hal:
1.    Seksio sesaria elektif
Seksio sesarea ini direncanakan terlebih dahulu karena sudah diketahui kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan. Keuntungannya ialah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya ialah oleh karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudh terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Namun dapat dikatakan bahwa umumnya keuntungan lebih besar dari pada kerugian. (sarwono,1999, edisi 3 cetakan IV, hal.865)
2.    Anestesia
Anastesia umum mempunyai pengaruh defresif pada pusat pernafasan janin, sehingga kadang – kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang – kadang timbul perdarahan postpartum karena otonia uteri. Akan tetapi bahaya terbesar ialah apabila diberi anastesi umum saat lambung penderita tidak kosong kemungkinan isi lambung masuk kedalam jalan pernafasan.
Anastesia spinal aman buat janin,akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk dengan ibu dan janin.
Cara yang paling aman ialah anastesia lokal, akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan berhubungan dengan sikap mental penderita.

3.    Transfusi darah
Pada umunya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari pada persalinan vaginam. Pendarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri postpartum. Berhubung dengan itu pada tiap – tiap seksio sesarea perlu diadakan persediaan darah.
4.    Pemberian antibiotika
Walau pemberian antibiotika sesudah seksio sesarea elektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

2.1.2 Etiologi
Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

2.1.3 Indikasi
a.    Plasenta previa sentralis dan lateralis
b.    Panggul sempit
c.    Pisproporsi sepalo pelvic, yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan penggul
d.   Reptura uteri mengancam
e.    Partus lama (prolonged labor)
f.     Partus tak maju (obstruker labor)
g.    Pistosi servik
h.    Pre-eklamsia dan hipertensi
i.      Malpersentase jam
·      Letak bokong
·      Letak lintang
·      Presentase dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil
·      Presentase rangkap bila preposisi tidak berhasil
·      Gemelli menurut easman section sesarea dianjurkan
·      Bila janin pertama letak lintang atau refrentase bahu
·      Bila terjadi interlock
·      Distosia oleh karena tumor
·      Gawat janin

2.1.4 Patofisiologi
Hamil 39-40 minggu + locus minoris resisten

Jaringan perut pada uterus

Seksio secaria
Resiko rupture uteri pada percobaan persalinan pervagina
Trauma perubahan eliminasi urine
Fisikologis

Fisik
Insisi
Trauma jaringan
Trauma mekanik
Resiko konstipasi
Penurunan tonus otot
Kurang pergerakan 
ADL dibantu
Gangguan rasa nyaman ( nyeri )
Resiko infeksi
Kurang perawatan diri
ansietas
Krisi situasi ancaman konsep diri
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
 
























2.1.5 Penatalaksanaan
Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea :
a.      Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.  Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

b.      Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c.       Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.
d.      Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
e.       Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
f.          Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.



g.      Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

h.      Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
i.        Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.

2.1.6 Komplikasi
a.      Infeksi puerperalis
ringan : dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja
sedang: dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan sedikit kembung
berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralistik
b.      Perdarahan
banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri, perdarahan pada plasenta bed
c.       Komplikasi-komplikasi lain
Seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
d.      Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.

2.    Data Riwayat Kesehatan
·      Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
·         Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
3.    Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

4.    Data Psikologis
·         Pasien biasanya dalam keadaan labil.
·         Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
·         Harga diri pasien terganggu

5.    Pemeriksaan Penunjang
·         USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
·         Pemeriksaan hemoglobin
·         Pemeriksaan Hematokrit

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001).
2.      Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001).
3.      Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).
4.      Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Doengoes,2001).
5.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001)
6.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Doengoes,2001).
7.      Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi, tidak mengenal sumber-sumber (Doengoes,2001)
8.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001)
9.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik (Doengoes,2001)


2.2.3 Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria hasil
Tindakan
Rasional
1.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi/peningkatan anggota keluarga.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya.
·  Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
·  Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
·  Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.

a. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan.




b.Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.

c. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.

d.Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.


e. Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.



f. Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.

g. Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.
a.   Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.

b.   Membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.





c.   Pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari.



d.   Membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.






e.   meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.

f.    Membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambat.

g.   informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.
2
Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.

·  Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
·  Tampak rileks mampu tidur.
·  Skala nyeri 1-3

a.   Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.

b.   Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.

c.   Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.



d.   Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

a. Pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu.

b.Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas.





c. pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.

d.Selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.
3
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.
a.    Mengungkapkan perasaan ansietas
b.    Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
c.    Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

a.    Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

b.   Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.





c.    Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

d.   Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

a.    memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.

b.    Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orangtua.

c.    membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.






d.    Khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
4
Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi

a. Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.
b.Mengekspresikan diri yang positif.

a.    Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.







b.    Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran & Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan antepartal.

c.    Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah kelahiran vagina.\
a.    Kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan.

b.    respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.





c.    Pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.

5
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak.
Infeksi  tidak terjadi
a)     Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b)    Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.

a.     Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.

b.     Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.

c.     Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.

d.     Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.


e.     Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.


f.      Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.


g.     Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.

h.     Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari.



i.       Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.







j.       Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.
a.    Membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi












b.    Anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.





c.    Pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.





d.   Mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.

e.    Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

f.     Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.







g.    insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.

h.    Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenis dan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.

i.      Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.


j.      Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.

6
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  24 jam, diharapkan tidak terjadi konstipasi &  tonus otot meningkat.
Pasien mampu BAB

a.    Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran sesarea.

b.        Anjurkan ibu untuk minum yang adekuat.

c.         Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri.


d.        Beri makanan yang tinggi serat.


e.         Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur
a.    Mengevaluasi fungsi usus, adanya diastasis rektil berat menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.

b.    Cairan berfungsi untuk melunakkan feses.

c.    Memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke sigmoid, memudahkan pengeluaran.

d.    Makan tinggi serat berguna untuk merangsang enzim – enzim pencernaan

e.    Mobilisasi dapat melatih otot – otot abdomen, sehingga terjadi peningkatan tonus otot
7
Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi , tidak mengenal sumber-sumber
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan pengetahuan pasien bertambah akan kondisi yang dialaminya sekarang
Pasien menyatakan paham akan perubahan yang terjadi terhadap kondisinya
a.    Kaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio sesarea.

b.    Beri bimbingan dan demonstrasikan perawatan payudara serta cara memberi ASI yang benar

c.    Jelaskan hal – hal yang perlu dilaporkan kepada dokter atau perawat setelah melahirkan.

d.    Jelaskan program pengobatan yang didapat pasien selama ini, meliputi nama obat, dosis, waktu, cara pemberian, tujuan dan efek samping dan program lain yang berhubungan dengan pasien seperti jadwal perawatan luka, jadwal kontrol.

e.    Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu.
a.     Dengan belajar dan latihan, ibu akan mengetahui cara perawatan pasca bedah.



b.     Dengan belajar dan latihan, ibu akan mengetahui cara perawatan pasca bedah.





c.     Untuk menangani masalah yang dihadapi ibu secara dini dan menghindari kepanikan terhadap perubahan kondisi pasien.

d.     Agar pasien lebih kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan pada dirinya.













e.     Untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi
8
Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  24 jam diharapkan pola eliminasi urine ibu kembali normal.
Ibu tidak takut berkemih

a.    Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine.

b.    Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 4-6 jam apabila memungkinkan.
a.       Untuk memperlancar proses perkemihan.





b.      Untuk melatih otot – otot kandung kemih

9
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  24 jam diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri
˗       Ibu  dapat melakukan perawatan terhadap dirinya.
˗       Kebutuhan ADL terpenuhi.

a.    Bimbing dan demonstrasikan pada ibu tentang bagaimana cara melakukan perawatan diri.


b.    Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya : perawatan mulut, mandi dan vulva hygiene)
a.       Bimbingan dan demonstrasi yang benar dapat memberi contoh bagi ibu untuk dapat melakukannya dengan baik bila telah pulang dari rumah sakit.

b.      Bantuan tindakan dapat membantu ibu dalam memenuhi perawatan dirinya yang tidak mampu dilakukan secara mandiri.

2.2.4 Evaluasi
Dx 1
S     : pasien mengatakan dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota  
  barunya.
O    : pasien mulai mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan dipertahankan

Dx 2
S     : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
O    : skala nyeri 1-3
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan dipertahankan

Dx 3
S     : pasien mengatakan ansietas sudah berkurang
O    : kelihatan rileks
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan dipertahankan

Dx 4
S     : pasien mengatakan tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi
O    : pasien tampak tenang
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan teratasi

Dx 5
S     : -
O    : infeksi tidak terjadi
A    :-
P     :rencana tindakan di pertahankan

Dx 6
S     : pasien mengatakan sudah bisa BAB
O    : pasien mampu BAB dan tonus otot meningkat
A    : masalah teratasi sebagian
P     : Rencana tindakan di pertahankan

Dx 7
S     : pasien mengatakan sudah mengetahui akan kondisinya
O    : pengetahuan pasien bertambah akan kondisi yang dialaminya sekarang
A    : masalah teratasi sebagian
P     : Rencana tindakan di pertahankan

Dx 8
S     : pasien mengatakan sudah bisa berkemih
O    : pola eliminasi urine ibu kembali normal       
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan di pertahankan

Dx 9
S     : pasien mengatakan dapat melakukan perawatan diri dengan mandiri
O    : kebutuhan ADL terpenuhi
A    : masalah teratasi sebagian
P     : rencana tindakan di pertahankan





OLEH
Kelompok V
v Melida Tamba                       09.08.1161.029
v Dumaria Siahaan                  09.08.1161.004
v Roy Siregar                           09.08.1161.016
v Hotmian L Tobing                 09.08.1161.028
Dosen Pembimbing : Hetty Marlina Pakpahan.SKM, SKep


Tidak ada komentar:

Posting Komentar